askuning15 askuning15 askuning15 askuning15 askuning15 askuning15 askuning15 askuning15 askuning15 askuning15 askuning15 askuning15 askuning15 askuning15 askuning15 askuning15 askuning15 askuning15 askuning15

Rabu, 27 April 2011

KHUTBAH JUM 'AT

VISI HIDUP SEORANG MUSLIM
 (  Bagian II  ) 

Sidang Jum'at Rohimakumulloh.
               Terdahulu telah saya sampaikan bahwa VISI hidup seorang muslim adalah FI DUNYA HASANAH WAFIL AKHIROTI HASANAH, yakni hidup bahagia di dunia dan hidup bahagia di akherat.
               Untuk mencapai VISI tersebut, setidaknya ada 4 dasar pokok, yaitu IMAN dan TAKWA, ILMU dan AMAL.
1. IMAN : Iman merupakan landasan pokok bagi seseorang yang ingin mencapai hidup bahagia di dunia dan  bahagia hidup di akherat. Karena tanpa Iman mustahil akan dapat kebahagiaan hidup di dunia dan Akherat. Mungkin saja hidup bahagia di dunia, tapi mustahil hidup bahagia di Akherat.
 Allah berfirman : 
                " Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, maka Allah akan menyempurnakan              pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan    dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidaakan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari pada Allah. 

2. TAKWA : Takwa juga termasuk landasan utama untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.        Sebab Allah berfirman :  " Andaikan penduduk suatu desa dalam keadaan Iman dan Takwa, Niscaya Allah
turunkan barokah dari langit dan dari bumi. "
Juga Allah berfirman : " Al Jannatu limanittaqo ", Surga itu untuk orang yang takwa.
Kata " BAROKAH" dalam ayat di atas identik dengan kebahagiaan hidup di dunia, sedangkan " SURGA "
identik dengan kebahagiaan hidup di akherat. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa, Taqwa merupakan
syarat untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.

3. ILMU : Selain Iman dan Taqwa, ilmu juga merupakan landasan pokok untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akherat. Rosululloh bersabda :
" Man aroda dunya fa'alaihi bil ilmi, wa man aroda akhiroh fa'alihi bil ilmi, wa man arodahuma fa'alaihi bil ilmi."
Barang siapa yang menginginkan kehidupan dunia, maka harus pakai ilmu, dan barang siapa menghendaki kehidupan akherat, maka harus pakai ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya, yaitu kehidupan dunia dan kehidupan akherat maka harus pakai ilmu juga. Jadi ilmu dunia dan ilmu akherat merupakan kunci sukses untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.
4. AMAL : Amal merupakan dasar utama bagi seseorang yang ingin mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. Orang yang ingin cukup sandang pangan, apalagi ingin kaya, orang tersebut harus bekerja rajin. Orang yang malas bekerja, jangan harap segala keperluan hidupnya terpenuhi. Begitu juga orang yang malas beribadah ( amal keakheratan ), jangan harap ia akan mendapat kebahagiaan di akherat, karena pahala hanya akan diberikan kepada orang yag rajin ibadah.
                 Sidang Jum'at Rohimakumulloh,
Keempat dasar di atas satu sama lain tak bisa terpisahkan, karena keempatnya saling keterkaitan. Seseorang tidak cukup memiliki IMAN saja , tanpa beramal sedikitpun. Orang BERAMAL tanpa iman juga sia-sia.
Orang beramal tanpa ILMU, juga kacau balau, maka menjadi tidak sah amalnya. Orang punya ILMU tanpa diamalkan bagaikan pohon tidak berbuah, tidak bermanfa'at. Apabila semuanya terakumulasi, maka menjadi sebuah TAQWA atau KETAQWAAN.
                Sidang Jum'at Rohimakumulloh.
Demikianlah Khutbah jum'at kali ini semoga bermanfa'at bagi kita semua. Amiiin.
 

Jumat, 08 April 2011

KHUTBAH JUM 'AT

 TAKWA ITU PEDULI LINGKUNGAN SOSIAL

           Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Sw , yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga dalam kesempatan ini, di tengah hiruk-pikuknya aktivitas keduniaan kita, kita masih dapat menyempatkan diri untuk
melaksanakan shalat Jum’at berjamaah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT,dan mengharap ridladari - Nya. Marilah kita dinginkan kepala kita, kita sejukkan badan kita dengan air wudlu , dan kita tenangkan jiwa kita  dengan dzikrulloh, dan marilah  kita lemahkan hawa nafsu keduniaan kita dengan kepasrahan kepa yang maha kuasa. Tidak lupa juga dalam kesempatan ini saya selaku khatib,  mengajak kepada hadirin semua semua , khususnya kepada diri saya sendiri, untuk senantiasa meningkatkan  keimanan dan ketakwaan kita  ke hadirat Allah SwT,  dengan takwa yang  sebenar-benarnya.
           Kata-kata takwa memang mudah untuk diucapkan. Namun, ada baiknya kita masih harus bertanya pada diri kita sendiri, apakah kita memang tengah dan telah berjalan di jalan yang mengantarkan kita pada predkiat muttaqun (sebagai manusia yang bertakwa) ? Menjadi manusia yang bertakwa itu jauh lebih sulit dan berliku,  tidak semudah membeli dan memakai baju takwa,  atau membangun mesjid Attakwa.
Jamaah Jum’at rahimakumullah,
Jauh sebelum peradaban dunia mengenal Hak Asasi Manusia dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia itu dikumandangkan,  dan sekarang ramai dikampanyekan, bahkan sering diselewengkan, Islam sudah melaksanakan nilai-nilai yang ada dalam  Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia secara nyata.  Nilai dasar dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia ( DUHAM ) adalah memanusiakan sesama manusia, yang berarti harus saling menghormati hak-hak hidup masing-masing dan tidak boleh saling mengeksploitasi.  Itu semua sudah ada di dalam ajaran Islam sejak abad ke-7 Masehi.  Tiang utama ajaran Islam adalah Tauhidullah,  yaitu peng-Esaan Allah. Ketika kita mengucapkan  LAA ILAAHA ILLALLOH, di situ ada penegasan bahwa hanya Allahlah Tuhan kita, selain Allah adalah makhuk-Nya semata. Di antara  mahkhluk-makhluk-Nya itu, manusia adalah makhluk yang utama.
            Di dalam ajaran Islam, semua manusia itu dianggap sederajat, orang Arab, orang Cina,  Amerika,  Jawa,  Sunda, dan yang lainnya,  kalau masih mengaku sebagai manusia,  berarti dia itu akan diperlakukan sama dalam ajaran Islam. Demikian juga di hadapan Allah, semua manusia itu dianggap setara.  Manusia dibedakan hanya karena ketakwaanya kepada Allah semata.
            Bagaimana derajat ketakwaan itu bisa diperoleh  manusia? Tentu saja orang bisa memperoleh predikat takwa harus beriman kepada Allah terlebih dahulu, karena kalau kita tidak beriman, maka semua amalan kita akan hilang tak berbekas seperti debu di  atas batu yang diterpa angin dan hujan lebat.  Iman saja juga belum cukup, iman itu harus dibuktikan dan diwujudkan dalam hidup keseharian. Takwa hanya dapat diperoleh dengan memanusiakan sesama manusia, yang berarti menjalankan butir-butir yang ada di dalam DUHAM.
Dalam surat Al-Maa'uun dengan sangat tegas Allah mengatakan, kalau kita tidak menganjurkan untuk menyantuni kaum lemah maka keagamaan dan keimanan kita hanya dianggap sebagai bentuk kepura - puraan semata di mata Allah.  Walau kita shalat sampai dahi kita hitam, namun abai pada nasib kaum miskin yang ada di sekitar kita, Maka kita hanya dianggap sebagai orang yang pura-pura beragama.  
            Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Mewujudkan iman dalam amal keseharaian itu sangat banyak macamnya,  yang paling mudah untuk membedakan orang itu beriman kepada Allah atau tidak adalah dengan melihat kepeduliannya pada sesama, kepeduliannya pada alam sosialnya.                                                                                                                                Ada cerita menarik dari negeri Tiongkok,  yang mungkin bisa kita  jadikan teladan.  Ada dua ekor burung gagak yang tinggal di sebuah sarang di ceruk suatu gua di lereng gunung. Yang satu gagak merah dan yang satu gagak putih, mereka itu sepasang saudara yang sudah ditinggal mati induk mereka.  Sang induk hanya mewariskan sarang yang sekarang mereka tinggali itu.  Semasa indukya masih ada, setiap ada batu kecil yang jatuh atau bergeser di sarang itu selalu langsung diperbaikinya,  sehingga meski sarang itu sudah cukup tua masih bisa bertahan dan dapat dijadikan tempat berlindung sampai beberapa generasi.  Namun, setelah induknya tidak ada,  ceritanya pun berubah.  Kedua saudara gagak itu saling tidak peduli.
              Ketika suatu hari ada batu kecil yang tergeser gagak merah berpikir, gagak putih lah yang akan memperbaikinya. Namun ternyata gagak putih juga berpikir sebaliknya. Lambat laun batu yang jatuh dan bergeser semakin banyak,  sehingga terlihat lobang kecil yang bisa mengancam keberadaan sarang itu.
Musim badai salju yang dingin akhirnya datang. Gagak putih tidur dengan nyenyak di pojok sarang,  ketika angin dingin menerpanya dia hanya bergeser sedikit ke pinggir, demikian pula halnya gagak merah,  Keduanya tidak ada yang mau bergerak menambal sarang dan memperbaiki susunan  batu-batu  penyangganya.  Namun, sampai tengah musim badai salju,  kedua gagak itu tidak ada bergerak.  Akhirnya terjadilah yang seharusnya terjadi.  Karena batu penyangga itu sudah semakin banyak yang jatuh dan berge - ser, di tengah malam yang sangat dingin,  sarang itu ditiup angin yang agak keras dan terjatuhlah sarang itu ke dalam jurang bersal-ju itu. Kedua gagak itu akhirnya mati beku dalam keegoisan mereka masing-masing.

Jamaah Jum’at Rahimakumullah
             Orang yang beriman pasti akan saling menjaga tanggung jawabnya,  bukan saling menjagakan (mengandalkan orang lain). Orang yang beriman pasti selalu akan merasa tergerak untuk terus  memperbaiki keadaan, kalau tidak bisa sendirian dia akan mengajak sesamanya.
Perilaku dua burung gagak dalam cerita dari Tiongkok tadi, mungkin bisa kita saksikan di dalam alam nyata ini. Kita setiap hari melihat orang yang membuang sampah ke sungai dengan harapan orang yang berkelakuan seperti itu tidak banyak.  Namun karena semua berpikir dengan pola yang sama , maka sungai-sungai di berbagai kota di Indonesia kini jadi penuh sampah, menyumbat saluran air dan akhirnya banjir menggenang di mana-mana.  Orang yang beriman pasti akan sadar,  kalau sekecil apa pun tindakannya di muka ini akan selalu mempunyai dampak dalam kehidupannya,  baik di dunia maupun di akhirat kelak.  Dalam cerita Islami yang pernah kita baca, kita tahu kalau jalan surga itu bisa dibangun hanya dengan menyingkirkan duri dari jalan.  Bukankah Nabi juga pernah bersabda yang intinya, “Andaikan kamu tahu besok pagi akan kiamat,  dan masih ada bibit pohon di tanganmu, maka tanamlah selagi sempat”.  Itu artinya adalah kita diperintahkan untuk melakukan sesuatu dan peduli pada lingkungan kita, selagi kita sem-
Pat.
          Jamaah Jum’at  rohimakumullah,
Marilah kita akhiri pertemuan yang mulia ini dengan berdoa kepada Allah SwT dengan penuh kekhusukan dan ketundukan,  semoga Allah SwT berkenan memberi kemampuan kepada kita,  untuk memperoleh predikat manusia yang bertakwa, tidak hanya sebagai manusia yang hanya bisa memakai baju takwa dan berganti-ganti baju takwa,  tapi tidak bisa mewujudkan iman kita dalam alam  kehidupan ini. Kita semua pasti sangat tidak menginginkan apabila kita dinilai sebagai pendusta agama dan hanya berpura-pura beriman di hadapan Allah dan dihadapan manusia, karena perilaku kita yang sering abai pada sesama.  Kita diharuskan untuk saling melindungi, saling mengasihi, dan saling mengingatkan dalam menjalankan semua perintah dan larangannya.  Karena hanya dengan itulah kita bisa mewujudkan bangunan umat yang kokoh.
        Akhirnya, marilah kita berdoa kepada Allah SWT, semoga senantiasa mendapatkan lindungan dan karunia-Nya.
        Amin…….ya ..............Robbal alamin…………………….